SMPN 1 Penebel merayakan Hari Suci Saraswati Di Sekolah

Tabanan, Patrolibali _ Semua umat Hindu di Bali ikut merayakan Datangnya Hari suci Saraswati yaitu hari turunnya ilmu pengetahuan dan seni. Sabtu,20/5/2023.

Begitu juga Pelajar putra-putri dari semua jenjang pendidikan di Pulau Dewata dengan mengenakan busana adat khas Bali, nominasi warna putih kuning, mengadakan persembahyangan bersama di sekolahnya masing-masing.

Hari lahirnya ilmu pengetahuan itu merupakan hari istimewa bagi umat Hindu, khususnya para siswa dan mahasiswa, terlihat dari kesungguhan mereka memperingati hari yang jatuh setiap enam bulan (210 hari) sekali,” tutur Drs. I Ketut Widiarsa selaku kepala SMPN 1 Penebel Tabanan Bali.

Patung Dewi Saraswati, wanita cantik seperti umumnya dipajangkan di halaman masing-masing sekolah di Bali merupakan lambang dari ilmu pengetahuan dan Kesenian yang menjadi buruan dari setiap umat manusia,” imbuhnya.

“Wanita cantik” yang penuh arti simpati dan berwibawa, memiliki empat tangan masing-masing memegang keropak (mendalami ilmu pengetahuan), bunga teratai (lambang kesucian), genitri (belajar seumur hidup), serta alat musik (ilmu pengetahuan itu indah dan berirama),” Terang Kepsek.

Ilmu pengetahuan itu diibaratkan air yang terus mengalir tidak terbendung. Jika ada orang setelah belajar menjadi merasa pintar, dan berhenti belajar, padahal masih banyak yang harus dipelajari dan menyerahkan ilmu yang dimiliki kepada Dewi Saraswati agar pemiliknya menjadi penuh wibawa, jauh dari keegoisan dan kesombongan,” Imbuhnya.

Oleh sebab itu, pusaka-pusaka suci dan buku-buku yang disucikan diupacarai. Persembahyangan dan berbagai prosesi ritual piodalan “Sanghyang Saraswati” dilaksanakan sebelum matahari condong ke barat.

Hari suci untuk memuja Ida Sanghyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa sebagai penguasa, pencipta, serta pemelihara ilmu pengetahuan. Rangkaian janur, bunga kombinasi aneka jenis kue dan buah-buahan dipersembahkan sebagai simbul rasa terima kasih ke hadapan-Nya atas semua Ilmu Pengetahuan yang diturunkan kepada umat manusia.

Pelaksanaan Persembahyangan hari Saraswati kali ini di pimpin oleh mangku I Putu Adiyasa S.pd. yang sekaligus sebagai Guru pengajar di sekolah, dan Mangku Ngurah Sutanegara.

“Pelaksanaan pemujaan sebelum matahari condong ke barat, sesuai kepercayaan, bahwa kalau matahari telah condong ke barat, maka yang dipuja itu hanya aksara atau huruf semata,” tutur Jero Mangku I Putu Adiyasa

Namun, saat mahahari di sebelah timur yang dipuja adalah “aksara yang hidup”, orang Bali menyebut dengan nama Ongkara, aksara suci melambangkan Ida Sanghyang Widhi.

Lebih lanjut dikatakan, bahwa Akal Pikiran Manusia
Ilmu pengetahuanlah yang mampu mengembangkan akal pikiran manusia sehingga mampu menjadi makluk yang paling utama di antara semua makluk hidup penghuni jagat raya ini,” Ucap Kepsek.

Ilmu pengetahuan merupakan kekayaan yang kekal abadi meski hidup miskin harta benda, bisa berbesar hati dengan ilmu pengetahuan yang berhasil melahirkan berbagai teknologi canggih.

Sikap dan tingkah laku yang lahir dari penghayatan dan pengamalan ilmu pengetahuan suci membuat seseorang dikenal sebagai orang mulia, termasyur. Orang yang berilmu, air mukanya selalu cerah, tenang serta bijaksana sehingga hidupnya tentram dan damai,” pungkasnya.

Kepala sekolah Drs.I Ketut Widiarsa menjelaskan bahwa tidak ada sesuatu dalam dunia ini dapat menyamai kesucian ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan menentukan merah-birunya kehidupan. Oleh sebab itu, memang logis leluhur orang Bali mengajarkan tentang Hari Saraswati, hari lahirnya dan memuliakan ilmu pengetahuan,” jelasnya.

Pada Hari Saraswati itu sekaligus melakukan introspeksi diri, sejauh mana kemajuan ilmu yang dimiliki telah membuat kehidupan ini lebih baik. Pada Hari Saraswati itu pula mesti ingat kembali pada ajaran “Sapta Timira”, tujuh hal yang membuat pikiran manusia menjadi gelap.

Salah satunya adalah “guna” (kepandaian) yang dapat menyebabkan kegelapan dalam hidup jika kepandaian dari belajar ilmu pengetahuan tidak diamalkan berdasarkan Dharma (kebaikan).

Demikian pula, lembaga pendidikan sebagai wahana menimba ilmu pengetahuan, pada Hari Saraswati itu perlu melakukan evaluasi, sejauh mana telah berperan sebagai jembatan transformasi ilmu pengetahuan.

Apakah proses belajar mengajar yang dilakukan selama ini mampu menanamkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan dalam kehidupan masyarakat sehingga orang tua seakan acuh tak acuh terhadap karakter putra-putrinya.

Demikian pula, masyarakat Bali pada Hari Saraswati itu membiasakan diri melakukan “Dana Punia”, yakni memberikan bantuan secara ikhlas kepada mereka yang terhimpit biaya dalam dunia pendidikan,” tutupnya.

About Rudi

Check Also

Kapolresta Denpasar Tinjau Pos Pengamanan Ops Ketupat Agung 2025 Jelang Idul Fitri

Media Patrolibali, Denpasar – Dalam rangka memastikan kesiapan pengamanan menjelang Hari Raya Idul Fitri 2025, …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *